Buruknya Permainan Jerman Pep Guardiola Penyebabnya,Benarkah? – Jerman kelelahan semenjak Piala Dunia 2018 kemarin. Atas laju jelek ini, Pep Guardiola yang sekarang mengatasi Manchester City disalahkan. Kok dapat?
Jerman belum terlepas dari periode buruknya. Di Piala Dunia 2018 lantas seperti didapati Die Mannschaft jadi juru kunci di babak group, di belakang Swedia, Meksiko, serta Korea Selatan.
Walau sebenarnya Jerman adalah juara bertahan serta pemegang gelar paling banyak ke-2 di Piala Dunia dengan 4x jadi pemenang. Tetapi masalah tidak berhenti sampai disana.
Di UEFA Nations League, Jerman ikut masih tetap tampil jelek. Scuad garapan Joachim Loew ini telah diyakinkan tersisih sesudah cuma mencapai satu point dari tiga pertandingan, dengan masih tetap miliki satu laga untuk ditempuh.
Jerman sekarang ini ketinggalan enam point dari Prancis yang pimpin serta lima point dari Belanda di tempat dua Group 1 UEFA Nations League A.
Keseluruhannya, dari 14 laga terakhir kalinya, Jerman hanya menang 4x. Mereka ikut 4x sama serta menelan enam kekalahan.
Bekas pemain timnas Jerman Hans Peter Briegel menyebutkan merosotnya perform Jerman ini karena kekeliruan Pep Guardiola. Guardiola yang sudah sempat tiga musim melatih Bayern Munich tinggalkan dampak besar dalam permainan Jerman.
Style perebutan bola yang diterapkannya di Bayern terikut ke Jerman, mengingat pokok scuad tim nasional dapat disebut datang dari club itu. Di scuad Jerman sekarang ini saja ada tujuh pemain Bayern yang manakah hampir sepertiga dari team.
Briegel memandang Jerman sekarang ini malah kehilangan kesetimbangan permainan.
“Ini ialah salah Guardiola, ia menipu kami dengan menjelaskan jika cukuplah untuk menang dengan menggenggam 75% perebutan bola. Bukan seperti kasusnya, di sepakbola hasil tambah lebih terpenting dibanding mengatur permainan,” kata pria yang menolong Jerman Barat memenangkan Piala Eropa 1980 ini.
“Kuasai bola saja kurang untuk menang, Prancis memberi tanda-tanda jelas akan hal tersebut dengan memenangkan Piala Dunia. Anda bahkan juga dapat menang dengan kembali pada style yang lebih tradisionil. Yang terpenting bukan kualitas sepakbolanya, tetapi miliki kesetimbangan permainan,” pungkasnya seperti dikutip Marca.